Halosumsel.com-

Rekor titik api (hotspot) terbanyak akibat kebakaran lahan dan hutan yang ada di Sumsel pada tahun ini tercatat pada 19 Agustus. Berdasarkan data pantauan satelit Modis Aqua/Terra, sebanyak 379 titik api tersebar di seluruh Sumsel kemarin pagi.

 

Kepala Seksi Informasi dan Observasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) SMB II Palembang Agus Santosa mengatakan, cuaca kering dan suhu terik menyebabkan seluruh permukaan di wilayah Sumsel menjadi sangat rawan kebakaran.

 

Secara rinci, berdasarkan data dari satelit Modis terdapat 50 titik api di Kabupaten Banyuasin, 11 di Empat Lawang, empat di Lahat, dua titik di Lubuk Linggau, 10 di Muaraenim, terdapat 119 titik api di Musi Banyuasin, 37 di Musirawas, 27 di Muratara, lima di Ogan Ilir, 76 di Ogan Komering Ilir, 12 di Ogan Komering Ulu, tiga di OKU Selatan, 16 di OKU Timur, satu titik api di Palembang, dan enam di PALI.

 

“Berdasarkan pantauan satelit, titik api tidak ada yang di lahan gambut dan mudah-mudahan tidak meluas ke lahan gambut. Pada Oktober 2014, pernah ada rekor hotpsot seperti ini tapi saat itu di lahan gambut. Penyebaran kebakarannya cepat dan kabut asap saat itu luar biasa,” ujarnya, Kamis (20/8).

 

Suhu secara rata-rata berkisar antara 22-34 derajat celcius dengan persentase kelembapan 44-97 persen. Kecepatan angin dan bertiup bervariasi dari tenggara dan timur dengan kecepatan 25-30 km/jam. Suhu tertinggi terjadi di Kabupaten Musirawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, OKU Timur, Ogan Ilir, Kota Palembang, dan Prabumulih yang mencapai hingga 34 derajat celsius.

 

Walau kering, namun hujan masih terjadi secara tidak merata hanya di wilayah Pagaralam. Sementara wilayah lain terpantau cerah, berawan, dan cerah berawan berdasarkan pantauan satelit cuaca BMKG.

 

Ketua Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Disnas Kehutanan Sumsel Ahmad Taufik menyebutkan, memang jumlah hotspot naik secara signifikan. Namun ia menegaskan bahwa hotspot yang terpantau belum tentu titik api sebenarnya.

 

Di Sumsel khususnya di Palembang belum terpantau adanya gumpalan asap yang menyebabkan kabut. Di Bandara SMB II Palembang pukul 08.30 terpantau adanya asap meski jarak pandang masih diatas normal yakni kilometer dan semakin siang semakin jelas.

 

“Jadi adanya kabut sekarang ini bukan gumpalan asap. BMKG sendiri menyebut kabut yang terjadi selama dua hari kebelakang ini halimun (haze) atau kabut radiasi,” ujarnya saat dihubungi terpisah.

 

Saat ini yang sedang terjadi kabut asap yakni di Provinsi Riau, Jambi, dan kebanyakan di Pulau Kalimantan. Saat ditanya apakah Sumsel berpotensi mendapat kiriman asap dari Jambi dan Riau, Taufik menjawab tidak mungkin karena arah angin yang berlawanan.

 

“Arah angin sekarang dari timur dan tenggara. Jadi tidak mungkin Sumsel yang letak geografisnya berada di tenggara Jambi dan Riau mendapat kiriman asap. Yang perlu diwaspadai sekarang, asap dari Riau dan Jambi sudah menuju arah Malaysia dan Singapura. Pemerintah pusat harus segera menanggapi ini,” ujarnya.

 

Apabila Palembang dilanda gumpalan asap, berarti asap berasal dari daerah yang berada di tenggara Palembang seperti Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir. Untuk itulah pihaknya terus menanggulangi kebakaran lahan agar tidak menyebabkan kabut asap di Sumsel.

 

Ia menjelaskan, meski titik api di Sumsel naik signifikan, namun enam kecamatan yang meerupakan lahan gambut tidak terpantau adanya titik api sama sekali. Enam daerah itu yakni Air Sugihan, Tulung Selapan, Pedamaran, Pampangan, Cengal, dan daerah lain yang ada lahan gambut.

 

“Daerah-daerah itu ada pemantauan khusus karena lahan gambut. Sekali terbakar, langsung meluas dan sulit dipadamkan. Untuk itu kita jaga betul lahan gambut,” pungkasnya. (SOFUAN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *