Halosumsel.com –
Kabut asap pekat kembali menyelimuti kota Palembang yang berdampak pada terganggunya aktifitas penerbangan dibandara Sultan Mahmud Badaruddin II , enam pesawat mengalami gangguan, tiga pesawat gagal mendarat dan tiga lainnya. Harus mengalami penundaan penerbangan lantaran jarak pandang hanya 400 meter hingga 500 meter, hal ini disampaikan Iskandar Hamid GM Angkasa Pura II Kamis (27/8) Palembang
Dijelaskan Iskandar,” pagi hari ini,tiga penerbangan kembali lagi ke home base atau kembali ke Jakarta, dan tiga laginya mengalami penundaan keberangkatan,dua penerbangan ke Jakarta dan satu ke pangkal pinang,” bebernya
” Jarak pandang akibat kabut asap ini hanya mencapai 400 meter-hingga 500 meter saja, membuat kesulitan pesawat untuk landing dan take off,” bebernya
Garuda yang seharusnya mendarat pukul 07.00 kembali ke Jakarta, Ekspress air dari Bandung Juga kembali ke home basenya,enam air ditunda keberangkatannya dari Pangkal pinang,” bebernya,”
Dari pantauan koran ini hampir selama dua jam ada penumpukan penumpang di Bandara SMB II hingga pukul 08.30 wib pemberangkatan dan pendaratan pesawat belum terlihat.
Sehari sebelumnya ada tiga pesawat yang mengalami penundaan keberangkatan
Gubernur Sumsel Alex Noerdin menanggapi tentang Kabut Asap yang menyelimuti kota Palembang,”
Kabupaten Ogan Ilir saat ini penyumbang asap terbesar di sumsel,alasan saya menunjuk Yulizar dinoto kemarin sebagai Penjabat Bupati,karena Noto sangat memahami persoalan kebakaran hutan dan lahan,” bebernya
Saya juga sudah meminta Bupati/Walikota di sumsel untuk terus melakukan kerja nyata penanganan kebakaran hutan dan lahan didaerah merek masing-masing,”
Saya sudah perintahkan Sekda untuk memimpin permasalahan ini,hari ini dikantor BPBD Sumsel dilakukan rapat koordinasi dengan seluruh elemen untuk menuntaskan permasalahan ini,” tandasnya
Sementara itu Mantan Kaban BPBD Sumsel Yulizar Dinoto mengakui,” benar saat ini Produsen terbesar asap dari Kabupaten Ogan Ilir,OKI dan Banyuasin,kita sudah melakukan segala upaya untuk menanggulanginya Modifikasi Cuaca, water bombing, dan terakhir kita berdoa kepada sang pencipta untuk menurunkan hujan,” tandasnya
(Sofuan)