Halosumsel.com –
Festival Gerhana Matahari Total yang akan dilaksanakan pada tanggal 9 Maret nanti menimbulkan kontra sebagian masyarakat khususnya yang tergabung dalam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Sumatera Selatan yang mengemukakan aspirasi mereka di halaman kantor Walikota Palembang, Senin (7/3)
Ketua HTI Sumsel, Mahmud Jamhur berpendapat festival yang akan diadakan pada tanggal 9 Maret seperti Festival Ogoh-ogoh, Tari Pendet, Tari Kecak, Ruwatan Bumi Sriwijaya, Sambut Tuah Sungai dan menyiapkan Pawang Hujan bukanlah budaya asli Sumsel khususnya Palembang.
” Festival ini mengandung kemusyrikan dan menyebarkan kemusyrikan kepada generasi yang mayoritasnya Islam,” tegas Mahmud.
Dikatakannya pula bahwa fenomena GMT ini berlebihan karena menghabiskan dana besar.
“Apalagi karena festival ini berlangsung selama 2 hari berturut-turut yang hanya bersifat hiburan. Lalu ketidakadilan pemerintah kepada rakyat nya yang memutuskan untuk menutup Jembatan Ampera selama 12 jam ini membuktikan pemerintah rela mengorbankan rakyatnya demi segelintir orang,” ungkapnya. Menanggapi hal tersebut Asisten IV Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, Asnawi P Ratu menyikapi dengan tenang.
“Tidak ada fokus hura-huranya disini, Pemkot Palembang tidak memfokuskan seperti itu. Pada saat menjelang GMT nanti kita akan sholat gerhana bersama – sama di Masjid yang sudah ditentukan,” tukasnya.
(aisyah)