Halosumsel.com-
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional memiliki tugas dalam sosialisasi pendewasaan usia perkawinan bagi remaja di Sumsel. Hal itu dilakukan oleh petugas-petugas BKKBN yang disebar di setiap kabupaten/kota.
Tugas tersebut bukan tugas utama BKKBN, ada tugas prioritas yang dilakukan petugas yakni mengedukasi pasangan usia subur untuk menggunakan alat kontrasepsi. “Kami sasar kalangan remaja agar mau menunda usia perkawinan,” kata Kepala BKKBN Provinsi Sumsel, Drs Aan Jumhana, kemarin.
Diharapkan, petugas lapangan tersebut dapat menjadi perpanjangan tangan BKKBN dalam menjalankan program Generasi Berencana (GenRe) yang menjangkau kalangan orangtua dan remaja.
Program GenRe merupakan program BKKBN yang fokus mempromosikan pendewasaan usia kawin, penyediaan informasi kesehatan reproduksi, serta perencanaan kehidupan berkeluarga dengan sebaik-baiknya bagi remaja.
“Generasi muda merupakan ujung tombak pembangunan bangsa yang berkarakter sehingga sebagai kaum terpelajar sudah sepatutnya memahami mengenai program pendewasaan usia perkawinan untuk meningkatkan kualitas kehidupan,” jelasnya.
Untuk mencapai tujuan peningkatan kualitas penduduk tersebut, BKKBN Sumsel menggelar orientasi bagi ratusan PLKB di Sumsel mengenai program GenRe tersebut. Sebanyak 100 orang PLKB yang tersebar di seluruh Sumsel akan mengikuti orientasi GenRe pada 2014 yang dibagi dalam empat angkatan.
Pemahaman terhadap program pendewasaan usia perkawinan tersebut, kata Aan, sangatlah penting bagi remaja mengingat dalam beberapa tahun terakhir banyak dijumpai kasus sex bebas dan kehamilan diluar pernikahan pada usia belia.
“Program sosialisasi GenRe ini akan terus berlangsung kedepannya,” cetusnya.
Diakui Aan, kehamilan diusia di bawah 20 tahun demikian rentan dan beresiko bagi ibu dan bayi karena organ reproduksi belum berkembang secara sempurna. Tentunya, dengan memahami dan melaksanakan pendewasaan usia perkawinan maka remaja akan mampu merencanakan jumlah anak serta mengikuti program KB.
Diketahui, laju pertumbuhan penduduk di Sumsel saat ini mencapai 1,49 persen atau lebih tinggi dari nasional yakni 1,45 persen. BKKBN Sumsel juga menggencar penurunan angka Total Fertility Rate (TFR) yang masih di atas rata-rata nasional yakni 2,8 (dalam 10 orang wanita usia subur terdapat 28 orang anak yang dilahirkan) berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012.
Keadaan itu berbanding terbalik dengan angka keikutsertaan KB di Sumsel yang berada di atas angka rata-rata nasional sebesar 54 persen yakni mencapai 64 persen.
“Fokus BKKBN Sumsel saat ini mengajak para aseptor beralih dari penggunaan pil dan suntik ke metode kontrasepsi jangka panjang,” beber dia.
Ditanya mengenai sosialisasi di daerah aliran sungai, Aan mengungkapkan, petugas BKKBN di lapangan tidak hanya mendatangi daerah di daratan, namun juga di DAS yang sulit dijangkau.
“Yakni dengan sistem jemput bola. Penduduk di DAS rata-rata di bawah garis kemiskinan sehingga tidak ada biaya untuk mendatangi pusat pelayanan kesehatan,” tukasnya.
Ia mengatakan, Sumsel yang sebagian besar merupakan kawasan perairan memberikan tantangan sendiri bagi BKKBN Sumsel dalam mencapai target penggunaan alat kontrasepsi bagi akseptor KB.
Apalagi, penduduk yang tinggal di daerah aliran sungai itu pada umumnya sangat minim akses informasi mengenai pentingnya menggunakan alat kontrasepsi. Untuk itu, BKKBN menjadikan layanan kunjungan langsung sebagai solusi untuk menekan angka pertumbuhan penduduk, khususnya yang tinggal di daerah aliran sungai.
Alat kontrasepsi seperti kondom, pil, suntik, hingga metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan implant diberikan secara cuma-cuma. “Penduduk di DAS biasanya masih terbatas pengetahuan tentang alat kontrasepsi. Tahunya hanya pil dan suntik,” cetus dia.
Karena itu, lanjutnya, BKKBN Sumsel sejak tiga tahun terakhir aktif memperkenalkan metode kontrasepsi jangka panjang (mkjp) yakni penggunaan implant dan Intra Uterine Device (IUD). Penggunaan alat kontrasepsi ini dipandang sangat efektif dalam menekan angka pertambahan penduduk.
“Karena memiliki rentang waktu cukup lama dalam memproteksi dibandingkan dengan jenis pil atau suntik,” tandasnya. (sofuan)