Halosumsel.com-
Memasuki masyarakat ekonomi asean (MEA) yang akan dimulai pada awal 2016 mendatang, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) bakal siap-siap mendapat serbuan jasa tenaga asing termasuk dibidang kesehatan seperti dokter. Untuk menghadapi hal itu, Pemerintah Provinsi Sumsel mengingatkan agar seluruh tenaga dan layanan kesehatan lokal supaya mempersiapkan diri melalui peningkatan mutu dan profesionalitas.
Asisten III Bidang Kesra Pemprov Sumsel, Ahmad Najid, menjelaskan pemberlakuan perdagangan bebas di kawasan ASEAN yang tinggal beberapa bulan lagi harus disambut dengan persiapan matang dari berbagai sektor. Menurutnya dengan dibukanya pasar bebas dalam berbagai bidang, termasuk jasa pelayanan kesehatan, maka Konsekuensinya keberadaan dokter-dokter lokal akan tegerus oleh dokter asing bila tak diiringi dengan peningkatan kualitas.
“Artinya kualitas pelayanan kesehatan dokter dan rumah sakit di Sumsel harus ditingkatkan. Pelayanan pasca perawatan dan pengobatan juga harus dalam pelayanan prima. Sehingga rumah sakit di Sumsel tetap dipercaya konsumen kesehatan,”kata Najib.
Dalam uapaya persiapan memasuki era MEA, kata Najib, sejumlah sarana dan prasara kesehatan di Sumsel sudah di upgrade dengan harapan agar mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat semakin baik. Meski demikian,diakuinya saat ini beberapa negara-negara asia masih saja berkeinginan tetap masuk ke Sumsel agar bersaing dengan tenaga lokal.
“Jadi ini juga tergantung pada kesiapan kita, perubahan kini berada di depan mata, siap tak siap tahun depan ada pemberlakukan MEA, yang dapat menjadi ancaman bagi tenaga lokal bila mereka kalah bersaing,”ungkapnya.
Menurutnya, selama MEA dokter asing akan bebas melamar di Indonesia. Bahkan sejumlah negara jelang pemberlakuan ini ada yang melakukan proteksi terhadap tenaga kerja dalam negerinya. “Thailand, Filipina dan Singapura telah melindingi tenaga kerja lokalnya,”tukasnya.
Namun, setiap dokter atau tenaga kesehatan asing yang akan masuk ke Indonesia dipastikan harus fasih bahasa Indonesia. Sementara di Filipina bahkan ada larangan dokter asing masuk, untuk Laos, Vietnam dan Kamboja karena belum punya peraturan (tentang pembatasan tenaga kesehtan asing), bahkan Singapura lebih ketat lagi.
“Untuk Indonesia lebih liberal, sangat terbuka terhadap tenaga kerja asing. Bahkan, dokter dan tenaga kesehatan asing dari India, Pakistan dan Bangladesh siap berangkat dan bekerja di Indonesia, pertimbangan tenaga asing tersebut karena jumlah penduduk Indonesia yang sangat besa,”bebernya.
Karena itu, tambah Najib pihaknya mengharapkan, jelang MEA mutu dokter dan tenaga kesehatan dengan melakukan pelayanan harus sesuai dengan standar profesi. Apalagi, pemprov Sumsel terus melakukan peningkatan kualitas dari sarana dan prasarana medis, baik puskesmas maupuun rumah sakit di kabupaten/kota.
Sebagai contoh, di tingkat primer, akreditasi puskesmas ditingkatkan, lalu ada pembangunan rumah sakit tipe utama,npembangunan tipe sekunder di rumah sakit provinsi Sumatera Selatan.
“Selain itu di Sumsel juga akan berdiri RS provinsi berada satu komplek di rumah sakit gigi dan mulut, dengan luas bangunan 5.000 meter persegi, lima lantai, ditargekan gedung teraebut selesai dibangun,”jelasnya
Bahkan, disana juga dilengkapi laboratorium stem cell pertama di Sumsel “Sebelum pendirian stem cell tersebiut kita sudah melakukan studi banding ke sejumlah rumah sakit, RS Oetomo di Surabaya dan lainnya. Hingga ke luar negeri, belahan Eropa barat, Belanda, Swiss, Jerman termasuk kita juga pernah melakukan konsultasi ke pakar stem cell. Dengan adanya fasilitas ini, kita optimis dalam menghadapi MEA, SDM kedokteran kita tak kalah,”pungkasnya.
(Sofuan)