Palembang, Halosumsel – Insident yang terjadi pada pertandingan PSMS Cup di Stadion Kamboja Minggu sore 21 Juli 2024 beberapa waktu yang lalu sepertinya berbuntut panjang.
Hal itu terlihat dari saling proses mediasi yang berlangsung hingga saat ini belum ada titik temu, serta di tahannya 2 orang anggota klub KRX dan berujung dengan saling lapornya antara Klub Sepak bola KRX dan SELMEN.
Namun meskipun demikian pihak dari tim sepak bola KRX tatap mengharapkan adanya mediasi antara kedua belah pihak agar dapat diselesaikan melalui jalur musyawarah mufakat atau secara kekeluargaan.
Hal itu dinyatakan oleh tim kuasa hukum KRX Amrillah S.Sy., M.E., selaku Direktur YLBH Harapan Rakyat (HARA) Sumatera Selatan yang didampingi oleh A. Rahman Effendi selaku orang tua dari M Apriadi Pratama Selaku Tersangka di kejadian tersebut dan ketua Tim KRX Akbar Tanjung saat melakukan konferensi pers di Kantor YLBHI HARA Sumsel, Jum’at (26/7/2024).
Pihaknya juga mengatakan bahwa memang sebelumnya sudah ada proses mediasi di Polsek Ilir Timur I akan tetapi undangan mediasi tersebut hanya undangan lisan atau hanya melalui telpon dan tidak ada daftar hadir dan yang serta tidak ada berita acara.
“Yang aneh bagi kami, setelah proses mediasi tersebut kita tidak tahu hasilnya seperti apa, apakah ada titik temu atau seperti apa tiba-tiba tiga orang dari anggota KRX justru diamankan. Setelah ditahan besoknya, satu orang dikeluarkan dan yang dua orang ditetapkan sebagai tersangkan”, ucapnya.
Selanjutnya pihaknya mengambil langkah terkait hal tersebut telah mengajukan surat penangguhan penahanan yang saat ini masih disposisi dan masih minta persetujuan dari pihak terkait dalam hal ini Kapolsek dan pihaknya juga telah menemui dan bersilaturahmi dengan Aditia salah satu pelapor untuk membuka celah celah komunikasi.
“Kami juga telah melayangkan surat resmi kepada PSMS selaku panitia Pelaksana pertandingan tersebut, Alhamdulillah surat kami ditanggapi secara positif oleh PSMS dan kami telah mendapatkan klasifikasi dari Pihak PSMS yang menyampaikan kepada kami bahwa perlombaan ini sudah ada izin dan semuanya sudah lengkap dan kami telah di berikan salinan atau foto copy dari surat perizinan tersebut,” katanya.
Amrul satria mengungkapkan bahwa dalam surat perintah pengamanan tersebut terdapat 29 nama untuk mengamankan jalanya pertandingan tersebut dan dalam surat perintah itu ada beberapa anggota pengamanan yang mestinya di haruskan memakai seragam hijau stabilo, dan melakukan apel pada jam 8 pagi sebelum acara di mulai.
“Hal itu lah yang kami pertanyakan karena dari vidio yang beredar kami tidak melihat peranan aparat keamanan atau lembaga ataupun pihak terkait yang mengamankan hal tersebut baik itu di lapangan, di tribun maupun diluar stadion, pada saat yang terlihat di video itu di bawah pohon sawit diatas trotoar saat korban atas nama aldino jatuh bersimbah darah, di sana kami tidak melihat pengamanannya seperti apa”, paparnya.
Menurut pendapat kami kalau memang kerusuhan ini terjadi, bagaimana panitia dalam hal ini keamanannya bertimbal cepat untuk mengantisipasi agar kerusuhan tersebut tidak meluas, nah kami tidak melihat reaksi itu sehingga keamanan itu bisa meminimalisir kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya, kalau ada keamanan di situ dengan ketentuan atau atribut atribut tertentu bisa melerai sesegera mungkin insyaallah korbannya tidak terlalu banyak dan resikonya tidak terlalu tinggi,” ujarnya.
Lebih jauh Amrillah mengatakan bahwa sebagian dari tim KRX ini datang untuk bermain dengan membawa istri dan anak anaknya.
“Sebagian dari tim KRX ini datang bertanding dengan membawa istri dan anak anaknya yang berusia 4 tahun, artinya tim KRX ini ingin bermain secara Heppy, berangkat dari rumah untuk bermain tidak ada niatan untuk membuat keonaran ataupun kerusuhan di sana,” jelasnya.
Ditambahkannya lagi, Meskipun masalah ini sudah berada di tangan pihak kepolisian kami tetap memohon kepada pihak pihak terkait termasuk panitia pelaksana untuk dapat memfasilitasi dan memediasi sehingga masalah ini bisa diselesaikan secara musyawarah mufakat atau kekeluargaan melalui jalur perdamaian dan dua orang pemain kami dapat di keluarkan sesegera mungkin.
“Kami juga menyampaikan turut prihatin kepada korban korban yang lain baik itu dari tim kami maupun dari tim SELMEN, karena dari tim kami sendiri ada 6 orang yang mengalami cidera baik itu luka lebam, memar dan yang lainya dan satu orang dari official yang berjumlah 7 orang, dari pihak SELMEN pasti banyak juga yang mengalami luka luka, kami dengan rasa empati kami bahwa kami ini baik itu dari tim KRX maupun SELMEN merupakan sama sama korban sehingga kami ini hendaklah bisa duduk bersama sama untuk didamaikan dan peristiwa ini kami tidak juga ingin memperpanjang Kanya, biarlah ini menjadi pelajaran penting bagi kita,” tutupnya. (DM).