Saat ini, Budi menegaskan pasokan listrik PLN diwilayah Sumatera sangat terganggu selama puncak musim kemarau terutama di bulan September.
“Sebelumnya kami mohon maaf atas terganggunya pelayanan kepada pelanggan, tapi kondisi ini tak dapat dielakkan sebab pasokan listrik tak memadai karena beberapa PLTA tak beroperasi penuh selama puncak kemarau ini,”katanya.
Dia menjelaskan, secara rata-rata beban puncak wilayah Sumbagsel mencapai 1655 megawatt (MW). Sementara seluruh pembangkit diwilayah Sumbagsel hanya siap sebesar 1547 MW. “Kita juga mengirim kewilayah sumatera lainnya, sehingga dari total cadangan yang ada kita masih kekurangan sebesar 225 MW,”ungkapnya.
Kekurangan defisit listrik sebesar 225 MW tersebut telah dibagi 65-35 persen dengan Provinsi Lampung sebagai upaya pemerataan beban pembangkit. Memang, diakui Budi, pasokan listrik yang dihasilkan oleh seluruh PLTA cukup besar mencapai 608 MW namun PLTA itu tak dapat beroperasi penuh karena terus menggerusnya debit air dimusim kemarau.
Adapun beberapa PLTA yang tak mampu bekerja maksimal sehingga mengganggu pasokan seperti PLTA Musi di Bengkulu, PLTA Singkarak di Padang, kemudian PLTA Besai di Provinsi Lampung. “Kami tak bisa memaksakan kinerja PLTA saat air surut, kalau dipaksakan paling bekerja cuma 1-2 jam setelah itu mesin otomatis mati, efek jangka panjangnya juga tak baik karena mesin terancam rusak permanen,”tegasnya
Kemudian, Budi juga menyebut terganggunya pasokan listrik juga diakibatkan adanya beberapa pembangkit terganggu karena asap. Menurutnya performa mesin pembangkit listrik tenaga gelombang (PLTG) seperti di Borang, Gunung Megang, Bukit Asam,dan Banjar Sari menjadi terganggu karena filter mesin lebih kotor dari hasil udara kabut asap yang melanda Sumsel.
Lantas bagaiama upaya yang dilakukan PLN ? Budi mengatakan pihaknya kini telah melakukan jadwal pemeliharaan pembangkit lebih cepat dari yang telah dijadwalkan.
Dia berharap PLTU Sumbawa bisa beroperasi secepatnya, selain itu ada PLTG Keramasan yang ditargetkan selesai pemeliharaan pada 1-2 oktober, begitupun pada PLTU Banjar sari, Keban Agung juga dipercepat hingga minggu ke-2 bulan.
“Target kami pada November mendatang pasokan listrik sudah kembali normal, tapi dibulan Oktober diharapkan PLTU yang kini dalam pemeliharaan bisa beroperasi sehingga bisa membantu sistem kelistrikan di Sumsel,”tukasnya.
Sementara Sekda Sumsel, Mukti Sulaiman menambahkan dalam masa-masa defisit listrik akibat pengaruh musim kemarau, pihaknya mengajak masyarakat atau pelanggan PLN untuk mengindahkan himbauan PLN agar lebih berhemat listrik.
“Jumlah pelanggan PLN Sumbagsel mencapai2,6 juta, kalo dihitung devisit 225 MW harusnya bisa diatasi bila masyarakat mengurangi pemakaian energi listrik konsumtif, minimal 75 watt tiap pelanggan,”ucap Mukti.
Meski demikian, Mukti menegaskan Pemprov juga akan mendorong PLN supaya lebih terbuka dan transparan terhadap jadwal pemadaman. Supaya tak merugikan pelanggan, kata Mukti, PLN mestinya memberikan informasi pemadaman yang tepat dengan waktu yang telah mereka rencanakan.
“PLN harus membuat jurnal pemadaman, jika listrik harus padam selama 4 jam usahakan durasinya tak lebih dari itu, begitupun wilayah pemadaman harus diratakan supaya pemadaman listrik tak berulang-ulang,”pungkasnya.
(Sofuan)