Halosumsel.com-
Kebakaran hutan dan lahan (karhutlah) di Provinsi Sumsel masih terus berlangsung. Padahal, Pemprov Sumsel sudah melakukan upaya pemadaman sejauh jauh hari yakni Februari 2015 lalu.
Namun, sejak Juni mulai terjadi karhutlah di Sumsel. Sudah ratusan ribu hektar habis terbakar terpantau dari Citra Satelit Landsat 8 dan 7.
“Sejak Juni-September 2015 sudah ada 128.314 hektar lahan terbakar di Sumsel,” ucap Gubernur Sumsel H Alex Noerdin, dalam press conference di Kantor Gubernur Sumsel
Alex merincikan, di OKI tercatat ada 88.267 hektar, Muba 34.187 hektar, dan Ogan Ilir 5.860 hektar. Sementara kondisi lahan di Sumsel terdiri dari 3.478.468 hektar luas kawasan hutan, 1.800.000 hektar lahan perkebunan, 752.000 hektar lahan pertanian, 1.564.320 hektar lahan lainnya, dan 1.483.662 hektar lahan gambut.
Lahan tersebut berada di OKI, Muba, Banyuasin, Muara Enim, Ogan Ilir dan Musi Rawas. “Sementara ini, lahan yang terbakar itu di lahan perkebunan. Tapi tidak menutup kemungkinan akan menyebar ke hutan, bila tak secepatnya dipadamkan,” bebernya
Alex menerangkan, berdasarkan pemantauan satelit Terra Aqua terjadi peningkatan jumlah hotspot yang signifikan di daerah rawan kebakaran dan gambut. Terpantau selama 2015 ada 17.948 hotspot.
Pihaknya telah melakukan berbagai upaya pemadaman, baik darat dan udara. Pemadaman darat yakni dengan menurunkan personil TNI 1.058 titik, Manggala Agni 4 DAOPS 240 personil, Regu Pemadam Kebakaran (RPK) perusahaan perkebunan 1.000 personil dan HTI 450 personil dan Regu Kebakaran Desa Terlatih atau MPA 260 desa.
Lalu juga ada pemadaman udara, yakni waterbombing dengan menggunakan 4 helikopter waterboombing dan 2 pesawat air tractor, TMC 1 unit pesawat, dan pemasangan 3 unit GMG.
Terjadi penurunan akibat pemadaman tersebut, namun hotspot belum bisa padam karena fenomena elnino sehingga karhutlah sulit ditanggulangi. Pihaknya juga mengalami beberapa hambatan dalam upaya pemadaman yakni cuaca kering dan ektrim, kebakaran sudah merambah ke kawasan gambut yang sulit untuk dipadamkan terutama di OKI dan Muba.
“Juga karena regu pemadam terbatas, sumber air sulit dan banyak daerah yang sulit dipadamkan,” ungkap Alex.
Terkait Sumsel disebut sebagai lumbung asap, ia menuturkan, hal itu tidak benar. Sebab, asap yang ada di Sumsel bukanlah berasal dari Sumsel saja, melainkan berasal dari provinsi tetangga.
“Tidak juga (Sumsel sebagai lumbung asap). Asap terpengaruh dari arah angin yang tidak tetap arahnya. Kadang dari utara dan kadang dari selatan. Angin bukan hanya dari Sumsel, dan bukan kemauan kita dan tidak bisa kita kontrol,” jelas Alex.
Ia mengarapkan nantinya Sumsel akan mendapat bantuan dari Pesawat Rusia yang mampu mengangkut kapasitas air untuk waterboombing sebanyak-banyaknya.
Terkait penegakkan hukum, pihak kepolisian sudah menyelidiki 34 perusahaan yang daerahnya menjadi pantauan hotspot. Diakuinya, dalam berbicara hal itu, perlu kehati-hatian.
Bukan sengaja memperlambat prosesnya, kata Alex, tapi butuh waktu agar tidak asal langkah dan keputusan. “Jika kita salah, kita bisa dituntut. Harus ada bukti, bersyukut jika kita tangkap tangan pelakunya,” ucap dia.
Meski begitu, ia sudah meminta agar perusahaan yang lahannya terbakar bisa melakukan pemulihan di kawasannya masing-masing. Terkait adanya kecelakaan Polhut di Pali, kata Alex, dirinya ikut prihatin sebab ada cukup banyak korban yang masuk kedalam kecelakaan itu.
“Kita prihatin namanya kecelakaan. Kan mereka sedang bertugas,” cetusnya.
Berapa total kerugian akibat karhutlah di Sumsel? Ia menyebutkan, belum menghitung berapa banyak kerugian yang timbul. Sebab pihaknya masih fokus dalam upaya pemadaman karhutlah.
“Kedepan kita akan tingkatkan dana pencegahan karhutlah,” kata dia. Jika nantinya akan ada bantuan dari pemerintah pusat atas armada pemadaman, maka Alex akan menyiapkan heli pad khusus di Muara Medak (Muba) dan Cengal (OKI).
Sehingga, kata dia, tak sulit lagi karena jaraknya yang jauh. Dalam upaya pemadaman tersebut, kaya Alex, butuh dana yang cukup besar.
“Satu kali sorti atau penerbangan membutuhkan dana membeli satu unit mobil Kijang Innova. Bayangkan berapa banyak dana yang dibutuhkan untuk pemadaman dalam sehari,” cetusnya.
Terkait dengan korban balita yang meninggal ISPA, Alex menyebutkan memang ada seorang bayi berumur 28 hari di jalan Banten, Plaju yang meninggal dan membuat Alex sangat prihatin atas kejadian tersebut.
“Bayi ini memang dikabarkan sedang dalam kondisi sakit sebelumnya. Namun ia ingin berhati-hati dan mau menyelidiki terlebih dahulu sebabnya. Biarlah dokter yang bicara apakah meninggal karena asap atau lainnya,” jelas Alex.
Diceritakan, Alex mengetahui sebelumnya bayi umur 28 hari tersebut tinggal di rumah kakeknya dan kondisi rumahnya dalam kondisi yang cukup memprihatinkan.
“Kita juga telah koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk kasus ini,” ucapnya.
(Sofuan)