Halosumsel.com – memasuki musim kemarau, semua daerah di Provinsi Sumatera Selatan sudah merasakan dampaknya. Kekeringan dan kepanasan, padahal hujan masih sempat dirasakan akhir Juni 2015 lalu.

Demi menstabilkan suhu di Sumsel yang sudah terasa panas hingga 30 derajat celcius keatas, Provinsi Sumsel menggelar peluncuran operasi tehnik modifikasi cuaca (OTMC). Kegiatan peluncuran itu berlokasi di base off Pangkalan TNI AU Palembang Kamis (9/7) Pukul 10.30 Wib

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumsel Yulizar Dinoto mengatakan, pihaknya mendapat bantuan dari BPPT dan BNPB berupa pesawat Cassa 212 seri 200. Pesawat tersebut akan dikhususkan untuk hujan buatan.

“Pesawat ini akan digunakan untuk menyemai garam diatas awan comulunimbus, harapannya hujan buatan bisa turun,” bebernya

Nantinya diatas pesawat yang bisa mengangkut sekitar tiga orang itu akan membawa satu ton garam. Hanya saja, lanjut Yulizar, untuk operasional dibagi menjadi tiga kali penerbangan.

“Kita sediakan stok selama bulan Ramadan 20 ton. Kita akan tambah lagi sesuai permintaan,” jelasnya.

Kini semua stok garam berada di base off pangkalan TNI AU Palembang, sebab operasi TMC akan dilakukan disanam begitupun parkir Cassa 212 tersebut. Berbeda dengan operasi sebelumnya, kini Cassa 212 Seri 200 akan menginap di tempat itu (Palembang).

Sebab pemerintah pusat sudah memberikan bantuan pinjaman pesawat TMC di beberapa daerah yang terbanyak dan berpotensi hotspot. Seperti di Kalimantan, Riau, dan Sumsel.

Dimana titik lokasi penyemaian hujan buatan? Yulizar tidak bisa menyebutkan lokasi penyemaian. Sebab untuk penyemaian dibutuhkan adanya awan cumulunimbus.

“. Jadi tidak bisa dikasih tau sekarang. Besok kita kerjasama dengan BMKG untuk lokasinya,” terangnya

Pihaknya melakukan operasi TMC karena saat ini sudah terlihat tingkat kepanasan yang tinggi di Sumsel. Juga terlihat banyaknya daerah kekeringan di beberapa lokasi yang menyebabkan sawah-sawah mengering.

Tidak hanya itu, pihaknya juga menilai pertumbuhan hotspot bergerak fluktuatif, sehingga harus dilakukan minimalisir hotspot. “Kami ingin menstabilkan kondisi ini semua. Kita jaga kondisi kelembaban lahan gambut, agar kekeringan tidak berlanjut,” jelasnya.

Pihaknya tidak mau apabila kondisi tersebut berlanjut. Diakuinya, hujan buatan itu juga merupakan permintaan dari masyarakat Sumsel yang sudah cukup sedih dengan musim kemarau seperti ini.

“Kita akan usahakan datangkan hujan buatan. Tapi semuanya adalah atas ridho Allah. Jika sudah dikehendaki, hujan pasti akan turun,” beber dia.

Ditanya terkait adanya informasi kabut asap di Riau adalah kiriman dari Sumsel, Yulizar tidak mau berkomentar. Diakuinya, apabila memang berasal dari Sumsel, maka akan terlihat banyaknya hotspot di Sumsel.

“Tapi sekarang bisa dilihat, jumlahnya kan terus menurun. Tadi pagi hanya 3, sore ini ada 1. Jadi sulit rasanya jika kita pengirim kabut asap,” tandasnya. (Sofuan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *