Hallosumsel-
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Selatan, menyambut gembira peningkatan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) berkualitas, yakni BBM dengan kadar oktan 90 ke atas. Menurut Direktur Eksekutif WALHI Sumsel Hadi Jatmiko, penggunaan BBM berkualitas diharapkan mampu mengurangi gas emisi, yang pada akhirnya bisa menciptakan udara bersih di Sumatera Selatan.
“Tren ini secara tidak langsung berdampak baik untuk lingkungan. Karena setidaknya bisa mengurangi kadar emisi. Untuk itu, Pertamina pun harus terus meningkatkan kualitas Pertalite dan seri Pertamax,” kata Hadi.
Menurut Hadi, emisi gas buang kendaraan bermotor merupakan salah satu persoalan lingkungan yang banyak dihadapi. Hal ini, lanjutnya, disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk mempergunakan BBM berkualitas baik. Itu sebabnya, jika sekarang konsumsi BBM mulai bergeser ke arah Pertalite dan seri Pertamax, maka semua pihak harus turut menyokong. “Termasuk Pemda, yang bisa melahirkan regulasi yang mendukung lingkungan bersih, sesuai dengan Permen LHK 20 tahun 2017,” kata Hadi.
Terkait hal itu, menurut Hadi, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan Pemprov Sumsel. Antara lain, mewajibkan kendaraan dinas di lingkungan Pemda untuk menggunakan Pertalite atau seri Pertamax. Dalam hal ini, Pemda bisa menginstruksikan, bahwa penggunaan BBM untuk kendaraan dinas harus sesuai standar yang diatur melalui Permen LHK tersebut.
Tidak hanya itu. Hadi menambahkan, Pemda juga bisa memberikan edukasi kepada masyarakat tentang udara bersih. Materi yang disampaikan bisa bermula dari dampak kerusakan lingkungan, yang antara lain diakibatkan penggunaan BBM. “Guna menghindari kerusakan tersebut,” lanjut Hadi, “Pemda juga harus mengimbau masyarakat untuk mempergunakan BBM jenis lain yang lebih berkualitas, seperti Pertalite dan seri Pertamax.”
Dalam beberapa bulan terakhir, tren konsumsi Pertalite dan seri Pertamax memang meningkat tajam. Di berbagai SPBU di Palembang dan beberapa kota lain di Sumsel, antrean kendaraan untuk mendapatkan BBM berkualitas, bisa diamati.
Syahwildan, misalnya, mengaku sudah dua minggu beralih dari Premium ke Pertamax. Pergeseran penggunaan BBM dilakukan, setelah mendapat anjuran dari mekanik bengkel yang memeriksa Honda Beat-nya.
Menurut mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya tersebut, saat melakukan servis, ternyata ruang bakar sepeda motornya kotor dan banyak terdapat jelaga arang.
Agar pembakaran sempurna, mekanik pun menyarankan agar dirinya mempergunakan Pertalite atau seri Pertamax.
“Kata orang bengkel itu, motor keluaran terbaru memang seharusnya pakai Pertalite atau seri Pertamax, karena rasio kompresinya sudah 8:1 atau lebih. Saya akhirnya pilih Pertamax, karena ingin sepeda motor saya lebih awet,” kata dia.
Sejak menggunakan Pertamax itulah Syahwildan merasa bahwa performa kendaraannya jauh lebih baik. Bukan hanya tarikan yang menjadi enteng dan bertenaga. Lebih dari itu, ternyata menggunakan Pertamax justru lebih ekonomis. Ketika masih memakai Premium, misalnya, pengisian Rp25 ribu hanya bertahan sampai tiga hari. Namun dengan Pertamax, ternyata untuk pengisian dengan nominal yang sama, bisa bertahan hingga empat hari. “Kelihatannya memang lebih mahal, padahal jauh lebih ekonomis,” ujarnya. (*)