Halosumsel.com- Walau dengan keterbatasan pasilitas berkat ketekunan dan disiplin yang tinggi dari pelatih atlit Forki ini bisa membawa nama baik Banyuasin karena mampu menjuarai pada event porprov yang diselenggarakan di Lubuk Linggau beberapa waktu lalu, ujar ketiga pelatih forki Banyuasin Jelly Arista yang didampingi Edi Agus dan Cepi Permana kepada wartawan media ini (3/12).
Keberhasilan para atlit forki itu lanjut Jelly, selain berlatih yang tekun juga berkat kepedulian pengurus Cabang di Banyuasin, H Syaiful Bahkri.
Dikatakan Jelly, jumlah atlit kita di Banyuasin lumayan banyak dan tersebar diseluruh wilayah dan pelatihnya ada lima orang yakni saya sendiri Jelly Arista, Edi Agus, Cepi Petmana, Dedi dan Agus Wijaya. Sedangkan untuk Atlit kita juga ada pada tingkatan umur mulai tingkat usia TK hingga SLTA.
Untuk pelatih yang terbilang disiplin ada tiga orang saya sendiri (Jelly, red), Cepi Permana dan Edi Agus dan Dedi mungkin ada tigas lain sehingga kesibukan itu banyak menyita waktunya untuk kegiatan ini termasuk Agus Wijawa, sambung Cepi.
Namun kami sesama pelatih tetap komitmen untuk menggembleng dan menanamkan kedisplinannya sehingga para atlit Banyuasin supaya menjadi atlit yang tangguh.
Diakui Jelly, memang ada atlit Banyuasin asuhan Agus Wijaya sering kurang mendapatkan informasi, sehingga sering tidak mendapatkan kesempatan untuk bertanding pada event-event yang diselenggarakan termasuk saat porprov di Linggau waktu itu saja salah satu atlitnya bernama Candra mengaku tidak mengetahui kalau ada kegiatan itu saat beliau bertemu di Stasiun Kertapati Palembang.
Bahkan beliau (Candra, red) sambung Jellly, mengaku selain tidak mendapat informasi juga belum mendapatkan berbagai pasilitas sebagai atlit binaan Agus Wijaya yang berupa Tas, Jaket, Topi, Baju Kaos, training dan sepatu.
Padahal untuk seluruh atlit Forki Banyuasin keseluruhannya terdaftar dan berhak mendapatkan pasilitas tersebut, entah mengapa tidak sampai kepada atlit yang bersangkutan, bahkan kepedulian Pengurus Cabang Forki Banyuasin lanjut Jelly, setiap hendap bertanding selalu memberikan pasilitas teritama mengenai biaya transpotasi.
Ada kelemahan atlit forki asal Banyuasin itu kata Jelly, setiap ada TC diundang selalu tidak hadir, walau datang atlitnya kebenaran beliau hendak berlatih.
Lebih jauh kata Jelly, memang ada atlit dari luar Banyuasin yang diturunkan bertanding saat ada event, karena ada kekurang-persiapan atlit kita untuk berlaga pada kelas-kelas tertentu, tetapi pada kelas ada pada atlit kita tetap kita pertandingkan dan mereka semua sangat panatik kemenangannya untuk nama Banyuasin.
Diakui Jelly, kalau mengenai pengadaan Atlat untuk atlit forki pengurus Cabang Banyuasin hingga saat ini memang belum diadakannya, karena selain mahal harganya juga dianggap madih kurang disiplin atlitnya termasuk di Banyuasin belum memiliki gedung khusus tempat berlatih bagi atlit Forki, jelasnya sembari berjanji pihaknya tetap bersemangat untuk meningkatkan kwalitas para atlit asal Banyuasin ini.
Sementara komentar wakil Bupati Banyuasin S.A. Supriyono menyikapi terkait atlit Forki sejak dulu membetikan saran agar disetiap sekolah baik dari SD hingga SLTA disekolahnya dibangunkan gedung khusus untuk kegiatan atlit itu, walau bentuknya mini.
Tujuannya persiapan dini bagi atlit yang satu ini sudah berjalan sebelum kita memiliki gedung khusus yang dipersiapkan bagi atlit itu oleh pemetintah Banyuasin.
Namun sampai saat ini saran yang dimaksud juga tidak ditindaklanjuti, akhirnya banyak pasilitas bagi atlit itu menjadi minim termasuk terlihatnya ada atlit itu ketika akan ada event-event saja, jelasnya kepada wartawan usai menerima kehadiran segenap pengurus Ijaba dirumah dinasnya kemarin.
Bupati Banyuasin Yan Anton Ferdian kepada wartawan mengakui kalau ada atlit forki kita didatangkan dari luar Banyuasin, kesemuanya itu menjadi juara untuk Banyuasin.
Masih kata Yan Anton, untuk kedepannya semua atlit putra daerah yang akan diutamakan dalam bertanding disetiap ada event, jelasnya singkat.(waluyo)