Halosumsel.com-
Jumlah Titik api di wilayah Sumsel terpantau semakin bertambah banyak setiap harinya. Berdasarkan pantauan satelit Aqua/Terra Modis pada Kamis (2/7) terpantau 93 titik api, sementara berdasarkan pantauan satelit NOAA18 10 titik api berada di Sumsel.
Meningkatnya jumlah titik api tidak serta merta membuat keadaan menjadi panik. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Yulizar Dinoto mengatakan, hingga saat ini kondisi tanggap titik api dan bencana kabut asap masih berstatus siaga darurat bencana.
“Siaga darurat bencana itu artinya instansi-instansi terkait yang dikomandoi BPBD masih fokus dalam tindakan pencegahan. Titik-titik api yang sempat kemarin meningkat itu kebanyakan di daerah tambah mineral batubara dan memang itu adalah pembakaran batubara. Itu juga terhitung menjadi hotspot oleh satelit,” tuturnya usai Rapat Koordinasi Kesiapan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Latihan Manggala Agni 2015, Jumat (3/7).
Oleh Satelit NOAA18, terpantau satu titik api masing-masing di Kabupaten Muaraenim, Muratara, Ogan Ilir, PALI, dan Kota Prabumulih. Lima titik api terpantau di Kabupaten Musi Banyuasin.
Sedangkan berdasarkan pantauan satelit Modis, satu terpantau di Kabupaten OKU, dua di Muratara, tiga di PALI, empat hotspot di Empat Lawang, Lima di Banyuasin, Muaraenim, OI, dan OKU Timur, delapan di Musirawas, 15 di OKI, dan terbanyak 40 titik api di Musi Banyuasin.
Kecamatan Sungai Lilin dan Bayung Lincir yang banyak terpantau penyumbang terbanyak titik api di Muba.
“Kami pun telah menindaklanjuti perpres (Peraturan Presiden-red) nomor 16 tahun 2015 tentang perluasan kerja dari Manggala Agni. Nanti, Manggala Agni bukan hanya mengawasi masalah titik api dan kebakaran di kawasan konservasi saja, namun juga di hutan dan lahan umum seluruhnya,” jelas pria yang akrab disapa Noto ini.
Berdasarkan perpres tersebut, Manggala Agni bekerja dibawah tanggung jawab Dirjen Pengendalian dan Perubahan iklim. Induk teknis kerja Manggala Agni di provinsi tiga tahun kedepan berada di bawah Balai Konservasi dan Sumber Daya Ala (BKSDA).
“Meski kerjanya bertambah, personil Manggala Agni masih tetap, yakni 240 petugas. Untuk sementara selagi melakukan perencanaan dan pengembangan kerja, tugas pokok Manggala Agni dibantu oleh Satgas Penanggulanan Bencana Kebakaran Dinas Kehutanan, Perkebunan, dan BPBD,” tambahnya.
Noto melanjutkan, hingga saat ini, sosialisasi mengenai kebakaran hutan dan lahan kepada masyarakat di seluruh Sumsel dinilai efektif. Masyarakat jadi sadar bahwa pembakaran lahan dan hutan merupakan pelanggaran hukum. Sosialisasi akan terus dilakukan hingga Oktober mendatang.
Kasi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika SMB II Palembang Agus Santosa mengatakan, puncak kemarau diperkirakan pada September mendatang. “September saat-saat yang paling bahaya untuk kebakaran hutan dan lahan. Masyarakat harus waspada,” ujarnya.
Curah hujan rata-rata Juli masih tinggi yakni diantara 20-100 mili. Namun September mendatang diperkirakan akan berada dibawah normal yakni dibawah 50 mili.
Musim hujan yang akan datang pun diperkirakan mundur hingga bulan November, yang seharusnya secara siklus iklim, musim penghujan mulai pada Oktober.
Sementara itu, Kepada Dinas Perhutanan Sumsel Sigit Wibowo mengatakan, Tim Penanggulangan Bencana telah sepakat untuk fokus melakukan pencegahan kebakaran di wilayah, perkebunan, HTI, terutama kawasan gambut. Dan secara khusus kawasan gambut di Kabupaten OKI.
Pihaknya pun terus berkoordinasi dengan perusahaan-perusahaan terkait terhadap penanganan terhadap kebakaran lahan dan hutan di wilayah perusahaan tersebut. “Kita selalu cek kesiapan perusahaan dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Dari segi peralatan dan juga sumber daya manusianya,” tutur Sigit.
Apabila berdasarkan pantauan satelit ada titik api, pihakny langsung berkoordinasi kepada perusahaan terkait apabila titik api ada di kawasan perusahaan. Perusahaan harus langsung melakukan pengecekan lapangan dan bila benar titik api adalah kebakaran lahan hutan, tim dari perusahaan harus langsung bertindak memadamkan api tersebut.
“Hal ini efektif dilakukan. Seperti beberapa hari lalu di Tulung Selapan. Kita selalu melakukan komunikasi dengan perusahaan, dan mereka pun langsung menindaklanjuti. Ini karena gambut yang terbakar, jadi penanganannya harus cepat. Kita khawatir kalau lamban, semakin cepat menyebar,” tambahnya.
Pihaknya pun melakukan pantauan mengenai pembangunan kanal bloking dan level ketinggian air. Kawasan gambut harus selalu basah dan kelembapannya tetap dijaga agar tidak terlalu mudah terbakar. “Untuk pantauan secara keseluruhan, patroli udara dan darat terus kami lakukan,” tandasnya (fit)